Selasa, 19 Agustus 2008

permainan anak indonesia

Masa kanak-kanak sebagian besar dimanfaatkan untuk bermain.Sambil bermain anak belajar.Belajar bersosialisasi, belajar bersikap,belajar segala yang dapat diserapnya dari lingkungan.dari yang dialaminya.Masa kanak-kanak adalah masa yang paling cepat menerima pengaruh lingkungan.Mereka belum dapat menyaring (memfilter) pengaruh mana yang harus ia terima atau mana yang akan diabaikan.Sementara itu, sumber pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi kehidupan anak kini sudah semakin kompleks dan global.Adalah tugas kita semua selaku orang tua, untuk memberikan kondisi yang memungkinkan mereka tumbuh menjadi generasi penerus yang bekepribadian dan bertanggungjawab .

Kita menyaksikan kini , saat dinihari anak-anak kita sudah diterpa berbagai pengaruh global.Mereka sejak kecil sudah terdedah dengan tontonan televisi yang beaneka misinya.Meraka dipengaruhi "naruto", spong bob, dan lain-lain. Mungkin kita sudah lupa ragam permainan anak ,warisan nenek moyang kita ,..yang tersebar diberbagai pelosok nusantara ini.

Sementara saya browsing , tanpa sengaja terbaca artikel tentang ragam permainan anak indonesia. berikut saya sisipkan di sini,...semoga bermanfaat ...!


Permainan Anak Indonesia



Written by Wahju Qamara Mugnisjah
Feb 22, 2008 at 10:40 AM
Dalam artikel penulis terdahulu yang berjudul “Anak Indonesia, …… akan “Dibawa” ke Mana?” telah disebutkan bahwa bentuk-bentuk permainan anak-anak yang dialami dan ditulis oleh para mahasiswa IPB akan disajikan dalam situs ini. Setelah ditelaah ternyata terdapat beberapa bentuk/jenis permainan yang sama yang ditulis oleh mahasiswa yang berbeda. Keseluruhan bentuk permainan yang diceriterakan itu dapat dikelompokkan ke dalam dua, yaitu bentuk/jenis permainan yang dimainkan sendiri oleh anak-anak dan bentuk/jenis yang dimainkan bersama oleh beberapa orang anak. Pada umumnya, bentuk/jenis permaian dapat dimainkan dan dinikmati sendiri oleh anak-anak. Adakalanya suatu bentuk/jenis permainan yang dikendalikan oleh Si Anak, misalnya gangsing (panggal dalam bahasa Sunda), dipertandingkan dengan bentuk/jenis permainan yang sama yang dikendalikan oleh anak yang lain. Namun, ada pula bentuk/jenis permainan yang memang harus dimainkan bersama-sama, misalnya galah asin.
Selain kedua hasil pengelompokan di atas, bentuk/jenis permainan anak-anak dapat digolongkan menurut kategori lain, yaitu sebagai sarana anak-anak bermain untuk mencari kepuasan dari kegiatannya yang, antara lain, dapat tergolong pada berburu, berolah raga, berekreasi, atau berkarya seni. Bahkan, bentuk/jenis permainan anak-anak ternyata bermuatan gender: ada jenis permainan anak laki-laki; ada jenis permainan anak perempuan; ada jenis permainan baik anak laki-laki maupun perempuan; ada jenis permainan yang “terpaksa” dilakukan oleh lawan jenis yang lazim memainkannya.
Bentuk/jenis permainan yang semula merupakan hasil kreativitas anak-anak (mungkin pula diciptakan oleh orang tuanya, secara turun-temurun) pada saat ini ada yang telah dibuat secara masal oleh pabrik atau pengrajin (misalnya gangsing) sehingga Si Anak tinggal membelinya dari toko, kemudian memainkannya. Di antara permainan demikian pada saat ini ada yang sudah merupakan jenis olah raga, bahkan dimainkan oleh orang dewasa sebagai mata pencaharian karena ditekuni sebagai bidang keahlian secara profesional, misalnya permainan sepak bola. Seperti permainan gangsing di Bali, permainan sepak bola pun menjadi tontonan, bahkan digandrungi di seluruh dunia. Dalam kasus sepak bola, dapat dipertanyakan apakah merupakan permainan orang dewasa dan semata-mata sebagai salah satu jenis olah raga ataukah pada mulanya merupakan permainan anak-anak.

1. Permainan yang Dimainkan Sendiri
Permainan yang dimainkan sendiri adalah permainan yang diciptakan atau dibuat sendiri oleh anak-anak atau oleh orang lain kemudian dimainkan oleh Si Anak tanpa memerlukan teman bermain. Bentuk/jenis permainan ini dapat dikelompokkan ke dalam permainan yang dilakukan untuk dinikmati sendiri dan yang dapat dipertandingkan dengan yang dilakukan oleh anak yang lain. Permainan yang untuk dinikmati sendiri terdiri dari mainan yang menggunakan anggota badan sendiri (misalnya kici-kibung), yang menggunakan bahan alami seadanya untuk dipakai bermain (misalnya peluit dari pucuk daun sirih), dan yang perlu mengubah dahulu bahan baik alami atau buatan menjadi sarana bermain (misalnya ole-olean dari batang padi). Contoh permainan untuk dinikmati sendiri, tetapi dapat dipertandingkan dengan orang lain adalah gangsing. Belakangan ini sebuah stasiun televisi menayangkan kompetisi gangsing yang dilakukan oleh orang dewasa di kalangan Suku Bali. Kompetisi gangsing di Bali itu menjadi tontonan segala umur, bahkan, dapat dijadikan sarana pariwisata. Adanya pengaruh budaya luar, kita kenal bentuk/jenis permainan “impor” yang dimainkan sendiri seperti permainan yoyo. Di bawah ini disajikan daftar permainan anak dengan kategori yang dimainkan sendiri menurut penggolongan yang dibahas di atas..

1.1. Untuk dinikmati sendiri
1.1.1. Tidak memerlukan sarana, anggota badan sebagai sarana bermain
1.1.1.1. Bersiul (Sunda: heheotan
1.1.1.2. Musik ketiak (Sunda: jibrut)
1.1.1.3. Supir-supiran (Sunda: susupiran)
1.1.1.4. Mendalang (Sunda: ngadalang)
1.1.2. Bahan alami langsung digunakan sebagai benda mainan
1.1.2.1. Musik air (Sunda: kici-kibung)
1.1.2.2. Tepuk daun (Sunda: keprok daun)
1.1.2.3. Peluit pucuk daun sirih (Sunda: pipiriwitan)
1.1.2.4. Peluit pucuk daun ciciap (Sunda: pipiriwitan)
1.1.2.5. Hujan-hujanan (Sunda: huhujanan)
1.1.2.6. Melempar target (Sunda: babaledogan)
1.1.2.7. Ayunan pohon (Sunda: enjot-enjotan)
1.1.3. Bahan dibentuk dahulu menjadi sarana mainan
1.1.3.1. Robot los benang (Sunda: rorobotan)
1.1.3.2. Suling batang padi (Sunda: ole-olean)
1.1.3.3. Mobil-mobilan (Sunda: momobilan)
1.1.3.4. Roda tunggal (Sunda: gegerelengan)
1.1.3.5. Kuda-kudaan (Sunda: kukudaan)
1.1.3.6. Pistol-pistolan (Sunda: pepestolan)
1.1.3.7. Bedil-bedilan (Sunda: bebedilan)
1.1.3.8. Pedang-pedangan (Sunda: pepedangan)
1.1.3.9. Boneka daun singkong (Sunda: orok-orokan)
1.1.3.10. Dagang-dagangan (Sunda: dadagangan)
1.1.3.11. Kue-kuean (Sunda: kukuehan)
1.1.3.12. Rumah-rumahan (Sunda: iimahan)
1.1.3.13. Boneka kain (Sunda: orok-orokan)
1.1.3.14. Wayang daun singkong ((Sunda: dadalangan)
1.1.3.15. Kincir angin (Sunda: kolecer)
1.1.3.16. Kincir kertas (Sunda: kolecer)
1.1.3.17. Kincir biji karet (Sunda: kolecer)
1.1.3.18. Terompet daun kelapa (Sunda: tarompet)
1.1.3.19. Panah-panahan (Sunda: papanahan)
1.1.3.20. Perhiasan daun singkong (Sunda: kalung daun)
1.1.4. Bahan dibeli dahulu untuk sarana mainan (permainan “impor”)
1.1.4.1. Yoyo
1.1.4.2. Puzzle kertas
1.1.4.3. Puzzle dadu

1.2. Untuk dinikmati sendiri atau untuk dipertandingkan
1.2.1. Gangsing (Sunda: panggal)
1.2.2. Pecahan genteng pelontar (Sunda: babaledogan)
1.2.3. Layangan (Sunda: langlayangan)
1.2.4. Bermain umang-umang ((Sunda: sasapian)
1.2.5. Gerobak kulit jeruk (Sunda: rorodaan)

2. Permainan yang Dimainkan Bersama atau Berkelompok
Permainan yang dimainkan bersama-sama adalah permainan yang diciptakan atau dibuat sendiri atau bersama-sama untuk dimainkan bersama-sama. Jumlah pemain untuk permainan kategori ini ada yang hanya berdua, misalnya panco; ada yang sedikitnya dua orang, misalnya bermain kelereng; ada yang memang harus dimainkan dengan banyak orang, misalnya galah asin. Permainan yang dimainkan bersama ada yang tidak memerlukan sarana dan ada yang memerlukan sarana. Yang tidak memerlukan sarana misalnya permainan kucing-kucingan; yang memerlukan sarana terdiri dari yang langsung menggunakan suatu benda untuk bermain misalnya dampu; yang harus dibuat atau disiapkan terlebih dahulu sarananya misalnya das-dasan; yang alat/benda untuk bermainnya dibuat terlebih dahulu misalnya perang-perangan; yang sarana bermainnya harus dibeli dahulu misalnya permainan kelereng. Di antara bentuk/jenis permainan bersama ini ada yang berupa ketangkasan mengarah kepada perjudian, misalnya permainan kelereng atau karet gelang, tetapi ada yang murni ketangkasan seperti permainan loncat tambang diputar atau yang bernilai seni seperti kici-kibung. Permainan catur, halma, dan kartu remi tergolong ke dalam jenis permainan “impor”. Berikut ini disajikan daftar permainan anak dengan kategori yang dimainkan bersama/berkelompok menurut penggolongan yang dikemukakan di atas..
2.1. Tidak memerlukan sarana, anggota badan sebagai sarana bermain
2.1.1. Eembean (Sunda)
2.1.2. Cingciripit (Sunda)
2.1.3. Perepet jenggol (Sunda)
2.1.4. Jajahean (Sunda)
2.1.5. Engkle (Sunda)
2.1.6. Paciwit-ciwit lutung (Sunda)
2.1.7. Pilih jari tengah (Sunda: nebak jajangkung)
2.1.8. Suten/Suit (Sunda)
2.1.9. Hompimpah (Sunda)
2.1.10. Abang-abu (Sunda)
2.1.11. Panco tangan (Sunda: panco leungeun)
2.1.12. Panco kaki (Sunda: panco suku)
2.1.13. Adu lari (Sunda: balap lumpat)
2.1.14. Balap lari menggendong (adu cepat atau adu jarak/kuat) (Sunda: ngagandong)
2.1.15. Saling gendong (Sunda: ngagandong)
2.1.16. Oray-orayan (Sunda)
2.1.17. Der-der-ai-der (Sunda)
2.1.18. Cing jongkok (Sunda)
2.1.19. Kucing-kucingan (Sunda: ucing-ucingan, emeng-emengan)
2.1.20. Sembunyi-sembunyian (Sunda: susumputan)

2.2. Memerlukan sarana
2.2.1. Bahan langsung digunakan sebagai sarana untuk bermain
2.2.1.1. Dampu (Sunda)
2.2.1.2. Kucing tiang (Sunda: susumputan)
2.2.1.3. Tendang kaleng
2.2.1.4. Adu kuat rumput (Sunda: ngadu jampang)
2.2.1.5. Pilih rumput berjambul
2.2.1.6. Bon-bonan (Sunda)
2.2.1.7. Adu kuat biji karet (Sunda: ngadu siki karet)
2.2.1.8. Adu kuat biji muncang (Sunda: ngadu muncang)
2.2.1.9. Adu cengkrik (Sunda: ngadu jangkrik)
2.2.2. Sarana disiapkan dahulu untuk bermain
2.2.2.1. Das-dasan (Sunda)
2.2.2.2. Babagongan (Sunda)
2.2.2.3. Rarajaan (Sunda)
2.2.2.4. Ecor (Sunda)
2.2.2.5. Galah asin/gobag sodor (Sunda: santang)
2.2.2.6. Loncat ruang bergaris (Sunda: engkle)
2.2.2.7. Ular tangga
2.2.2.8. Gatrik (Sunda)
2.2.2.9. Jajangkungan (Sunda)
2.2.2.10. Telepon-teleponan (Sunda: teteleponan)
2.2.2.11. Dokter-dokteran (Sunda: dodokteran)
2.2.2.12. Ayunan (Sunda: ayun-ayunan)
2.2.2.13. Gut-get (Sunda)
2.2.2.14. Lempar tumpukan pecahan genteng (Sunda: cingboi)
2.2.2.15. Lempar kaki
2.2.2.16. Perang-perangan (Sunda: peperangan)
2.2.2.17. Jujurigan (popocongan) (Sunda)
2.2.2.18. Jengkat (Sunda)
2.2.2.19. Congklak (Sunda)
2.2.3. Bahan dibeli dahulu sebagai sarana untuk bermain
2.2.3.1. Berbagai jenis permainan karet gelang
2.2.3.1.1. Koba tiup (Sunda)
2.2.3.1.2. Koba jepret (Sunda)
2.2.3.1.3. Jentik karet (Sunda: sintreuk)
2.2.3.1.4. Loncat untaian karet gelang diputar (Sunda; maen tambang)
2.2.3.1.5. Loncat untaian karet gelang dibentang (Sunda: luncat tambang)
2.2.3.2. Berbagai jenis permainan kelereng
2.2.3.2.1. Cam-caman (Sunda)
2.2.3.2.2. Lempar kelereng (Sunda)
2.2.3.2.3. Pal-palan (Sunda)
2.2.3.3. Berbagai jenis permainan gambar
2.2.3.3.1. Kar-karan (Sunda)
2.2.3.3.2. Samaan (Sunda)
2.2.3.3.3. Kokman (Sunda)
2.2.3.4. Berbagai jenis permainan lain
2.2.3.4.1. Loncat tambang diputar (Sunda: maen tambang)
2.2.3.4.2. Loncat tambang dibentang (Sunda: luncat tambang)
2.2.3.4.3. Bekel/bekles
2.2.3.4.4. Congklak (Sunda)
2.2.3.4.5. Karambol
2.2.3.5. Berbagai jenis permainan “impor“
2.2.3.5.1. Catur
2.2.3.5.2. Halma
2.2.3.5.3. Kartu remi
2.2.3.5.4. Kartu domino
2.2.3.5.5. Monopoli

3. Permainan dengan Kategori Lain
Selain itu, terdapat kegiatan anak-anak yang bagi mereka dapat dikategorikan sebagai bermain, yaitu berburu, berolah raga, berekreasi atau mencari kesenangan, berprakarya membuat sesuatu, dan berkarya seni. Kegiatan berburu ada yang tanpa menggunakan alat, misalnya menangkap ikan di dalam lubang, ada juga yang menggunakan alat, misalnya memancing ikan. Di antara perburuan ada yang bernilai ekonomi, misalnya menangkap ikan untuk dijual atau dimakan, tetapi ada yang murni untuk bermain, misalnya menangkap ikan cupang lalu dipelihara. Bahkan, contoh yang terakhir itu dapat dikategorikan rekreasi atau mencari kesenangan. Tergolong permainan untuk berolah raga, antara lain, adalah bermain kasti atau bermain sepak bola. Kegiatan bermain dengan mencipta sesuatu bersifat latihan pengembangan diri atau peningkatan kreativitas diri. Tergolong ke dalam cara bermain ini misalnya adalah membuat mobil-mobilan dan asbak dari tanah liat. Dalam contoh ini, mobil-mobilan dibuat untuk sarana bermain sebagaimana yang dikemukakan di atas, sedangkan asbak dibuat semata-mata untuk digunakan di rumah.
Permainan anak yang tergolong berkarya seni adalah seni melipat kertas, bermain sulap, dan mencipta atau menghapal lagu untuk sarana bermain. Seni tari tidak digolongkan dalam permainan. Seni melipat kertas biasanya untuk membuat benda tiruan yang jumlah langkah melipatnya tidak banyak. Sebagai contoh adalah seni melipat kertas untuk membuat perahu-perahuan, kapal-kapalan, dan baling-baling. Seperti seni melipat kertas, seni sulap pun mencakup hanya yang sederhana langkah-langkahnya, misalnya trik jari putus dan trik kartu remi. Demikian juga, seni mencipta lagu hanya sederhana, yaitu meneruskan lirik yang berupa pantun, sedangkan yang kebanyakan dilakukan anak-anak adalah menghapal lagu-lagu yang biasa digunakan untuk bermain. Lagu hapalan ini biasanya didapatkan dari sekolah atau dari sesama teman bermain, misalnya lagu untuk main kucing-kucingan.
3.1. Berburu
3.1.1. Bernilai ekonomik
3.1.1.1. Berburu burung dewasa (dijebak, diketepel) (Sunda: ngala manuk)
3.1.1.2. Berburu kijing/kerang (Sunda: ngala kijing/remis)
3.1.1.3. Berburu belalang (Sunda: ngala/ngeurad simeut)
3.1.1.4. Berburu bajing (Sunda: moro bajing)
3.1.1.5. Memancing ikan (Sunda: nguseup)
3.1.1.6. Menangkap ikan (Sunda: nawu; ngobeng [kokodok])
3.1.1.7. Menangkap belut (Sunda: ngurek; ngobor belut)
3.1.1.8. Mengumpulkan kayu bakar (Sunda: ngarorotek)
3.1.1.9. Memungut buah-buahan (mangga, kawista) (Sunda: mulung buah)
3.1.1.10. Memetik buah-buahan (Sunda: ngala kersen/seri, salam)
3.1.2. Semata-mata bermain/rekreasi
3.1.2.1. Menangkap cengkrik/bewok (Sunda: ngala jangkrik/bewok))
3.1.2.2. Menangkap kepiting (Sunda: newak keuyeup)
3.1.2.3. Menangkap capung (Sunda: newak papatong)
3.1.2.4. Menangkap undur-undur (Sunda: newak undur-undur)
3.1.2.5. Menangkap belalang sembah (Sunda: newak congcorang)
3.1.2.6. Memancing semut (Sunda:nguseup sireum)
3.1.2.7. Memungut biji karet (Sunda: mulung siki karet)
3.1.2.8. Berburu sarang burung (Sunda: ngala sayang manuk)
3.1.2.9. Berburu anak burung (Sunda: ngala sayang manuk; newak anak manuk)

3.2. Berolah raga
3.2.1. Sepak bola (Sunda: maen bal)
3.2.2. Kasti (Sunda: maen kastik)
3.2.3. Berenang (Sunda: ngojay)
3.2.4. Badminon (Sunda: maen batminton)
3.2.5. Pingpong (Sunda: maen pingpong)
3.3. Rekreasi/Kesenangan
3.3.1. Naik garu (Sunda: numpak garu)
3.3.2. Naik getek/ban (Sunda: numpak getek/ban)
3.3.3. Mandi di kali (Sunda: ngebak)
3.3.4. Adu balap merpati
3.3.5. Memelihara burung (Sunda: miara manuk)
3.3.6. Memelihara kelenci (Sunda:miara lenci)
3.3.7. Mengganggu sarang tawon (Sunda: maledog sayang tawon)
3.3.8. Menunggu magrib di bulan puasa (Sunda: ngabuburit)
3.3.9. Mmukul beduk (Sunda: ngadulag)
3.3.10. Karnaval beduk (Sunda: ngarak bedug)

3.4. Berprakarya/Berkreasi
3.4.1. Membuat sarana untuk bermain
3.4.1.1. Membuat mobil-mobilan (Sunda: nyieun momobilan)
3.4.1.2. Membuat gangsing (Sunda:nyieun panggal)
3.4.1.3. Membuat wayang (Sunda: nyieun gogolekan)
3.4.1.4. Dsb.
3.4.2. Membuat sesuatu untuk dimanfaatkan keluarga
3.4.2.1. Membuat asbak (Sunda: nyieun asbak)
3.4.2.2. Membuat vas bunga (Sunda: nyieun pot kembang)
3.4.2.3. Dsb.

3.5. Berkarya seni
3.5.1. Seni melipat kertas (origami)
3.5.1.1. Burung tiruan (Sunda: mamanukan)
3.5.1.2. Wadah lemar/sisig tiruan (Sunda: wadah lemar/sisig)
3.5.1.3. Perahu tiruan (Sunda: paparahuan)
3.5.1.4. Kapal tiruan (Sunda: kakapalan)
3.5.1.5. Dsb.
3.5.2. Seni sulap
3.5.2.1. Trik jari putus
3.5.2.2. Trik kartu remi
3.5.2.3. Trik karet gelang putus (ditarik jari)
3.5.2.4. Trik karet gelang lepas (di sela jari)
3.5.2.5. Trik benang
3.5.2.6. Dsb.
3.5.3. Seni bernyanyi (mencipta lirik dan menghapal lagu)
3.5.3.1. Sedang apa sekarang
3.5.3.2. Ayang-ayang gung (Sunda)
3.5.3.3. Trang-trang kolentrang (Sunda)
3.5.3.4. Aneka lagu untuk kucing-kucingan
3.5.3.5. Endeuk-eundeukan (Sunda)
3.5.3.6. Dsb.

4. Permainan bernuansa gender
Bentuk/jenis permainan anak-anak yang bernuansa gender dapat diturunkan dari daftar permainan yang terdapat di ketiga kategori di atas (Butir 1, 2, dan 3). Di sini, untuk mempersingkat tulisan, tidak akan diketengahkan seluruhnya, melainkan hanya akan disampaikan contohnya saja. Bermain mobil-mobilan, misalnya, merupakan jenis pemainan anak laki-laki, sedangkan bermain rumah-rumahan merupakan jenis permainan anak perempuan. Kucing-kucingan dimainkan baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Jenis permainan yang tampaknya diminati pula oleh lawan jenis pemainnya yang lazim, antara lain, adalah bekel atau bekles. Bekel atau bekles yang biasanya dimainkan oleh anak perempuan itu, ternyata diminati pula oleh anak laki-laki. Hal sebaliknya berlaku untuk permainan layang-layang. Lebih jauh, dalam keadaan tertentu, misalnya kurangnya pemain atau teman bermain, suatu permainan terpaksa dimainkan anak laki-laki dan perempuan. Mungkin akibat dari kebiasaan lingkungannya, khususnya di kalangan suku Sunda, bentuk/jenis permainan anak laki-laki jauh lebih banyak daripada bentuk/jenis permainan anak perempuan. Selain itu, lebih banyak bentuk/jenis permainan anak laki-laki yang dilakukan di luar rumah atau pekarangan rumah orang tuanya.
Bentuk/jenis permainan yang telah dibuat daftarnya dalam tulisan ini akan diuraikan spesifikasinya pada kesempatan lain. Bentuk/jenis permainan itu terutama yang pada mulanya merupakan produk imajinasi dan kreativitas bangsa Indonesia (secara turun-temurun), sebagian besar dimainkan (juga) di Jawa Barat atau oleh anak-anak suku Sunda. Ragam bentuk/jenisnya yang akan diuraikan itu semaksimal mungkin akan terus dilengkapi, tidak hanya yang dikumpulkan dari mahasiswa IPB, melainkan akan ditambah dari berbagai sumber, termasuk yang berasal atau dialami oleh penulis sendiri.. Permainan anak masa kini yang dilakukan dengan menggunakan komputer tidak termasuk yang akan diuraikan meskipun permainan tersebut berasal dari Indonesia. Para orang tua yang mengetahui bentuk/jenis permainan yang terdaftar di sini diharapkan dapat menyampaikannya paling tidak kepada anak-anak mereka masing-masing.
Bogor, 19 Oktober 2007

Tidak ada komentar: